Puisi Cinta
Khalil Gibran
Nyanyian
Sukma, Di
dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata; sebuah lagu yang bernafas di
dalam benih hatiku, Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ; ia
meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya, dan mengalirkan sayang,
Namun bukan menyentuh bibirku.
Hati nurani seorang wanita tak berubah oleh waktu dan musim;
bahkan jika mati abadi, hati itu takkan hilang murca. Hati seorang wanita
laksana sebuah padang yang berubah jadi medan pertempuran; seudah pohon-pohon
ditumbangkan dan rerumputan terbakar dan batu-batu karang memerah oleh darah
dan bumi ditanami dengan tulang-tulang dan tengkorak-tengkorak, ia akan tenang
dan diam seolah tak ada sesuatu pun terjadi karena musim semi dan musim gugur
datang pada waktunya dan memulai pekerjaannya…
“aPabila cinta memanggilmu… ikutilah dia walau jalannya berliku-liku…
Dan, pabila sayapnya merangkummu… pasrahlah serta menyerah, walau pedang
tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…”“Alangkah buruknya nilai kasih sayang yang meletakkan batu di satu sisi bangunan dan menghancurkan dinding di sisi lainnya.”
“Alangkah mulianya hati yang sedih tetapi dapat menyanyikan lagu kegembiraan bersama hati-hati yang gembira.”
“Ketika aku berdiri bagaikan sebuah cermin jernih di hadapanmu, kamu memandang ke dalam diriku dan melihat bayanganmu. Kemudian kamu berkata, “Aku cinta kamu.” Tetapi sebenarnya, kamu mencintai dirimu dalam diriku”
“Setiap orang muda pasti teringat cinta pertamanya dan mencuba menangkap kembali hari-hari asing itu, yang kenangannya mengubah perasaan direlung hatinya dan membuatnya begitu bahagia di sebalik kepahitan yang penuh misteri. “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar